Pembinaan Lewat Binlat Sebagai Upaya Dispora Cetak Pemuda Siap Tanding

Captions : Kegiatan seleksi menuju pertukaran pemuda yang digelar Dispora Kaltim.

Samarinda – Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kalimantan Timur terus mendorong program pembinaan dan pelatihan (binlat) sebagai salah satu upaya mencetak generasi muda yang siap hadapi berbagai tantangan, termasuk seleksi masuk institusi seperti kepolisian dan militer.

Hal ini disampaikan oleh Analis Kebijakan Ahli Muda Dispora Kaltim, Rusmulyadi, dalam pernyataannya terkait komitmen pemerintah daerah terhadap pembinaan pemuda.

“Sebagai lembaga pemerintah, kita harus mau dan ingin mencetak kader-kader muda. Salah satu caranya melalui binlat, ini adalah bentuk upaya nyata pemerintah untuk menciptakan pemimpin masa depan,” ujar Rusmulyadi.

Rusmulyadi menegaskan bahwa keberhasilan peserta tidak bisa dijamin sepenuhnya oleh pemerintah. Namun, yang terpenting adalah adanya inisiatif dan usaha dari pihak Dispora untuk menyediakan pelatihan teknis yang sesuai.

“Upaya ini harus dilakukan. Tapi soal hasil, itu tergantung mereka sendiri—apakah mereka serius selama mengikuti binlat atau tidak. Intinya kami sudah melakukan yang menjadi tanggung jawab kami,” jelasnya.

Ia juga mengkritisi anggapan bahwa Dispora tidak berbuat apa-apa jika tidak terlihat hasil instan.

“Kalau kami sudah berupaya, lalu tiba-tiba ditanya, ‘apa yang dilakukan Dispora?’ Ya kalau tidak ada kegiatan, tentu tak akan ada hasil. Tapi kalau sudah dilakukan, itu bukti kami hadir,” tegasnya.

Rusmulyadi memberikan contoh keberhasilan binlat di daerah seperti Kutai Kartanegara (Kukar) dan Bontang. Kedua daerah tersebut, menurutnya, telah berhasil meningkatkan jumlah pemuda yang diterima dalam seleksi kepolisian dan militer.

“Binlat di Kukar dan Bontang itu sudah berjalan. Dan sekarang penerimaan polisi yang terbesar justru dari sana. Karena mereka sudah tahu konsep, bagaimana supaya bisa lolos tes,” ungkapnya.

Namun demikian, ia mengingatkan bahwa keberhasilan seleksi tetap dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk kuota penerimaan dan kondisi kesehatan peserta saat tes berlangsung.

“Semua orang punya peluang, tapi kuota itu terbatas. Belum lagi saat tes, apakah mereka dalam kondisi prima atau tidak. Jadi kita tidak bisa memastikan hasilnya—karena kepastian itu milik Tuhan,” pungkasnya.

Pos terkait